WHO AM I?

I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN

Wednesday, January 22, 2014

NURSING ABILITY DALAM KEPERAWATAN BERBASIS PARIWISATA

Juniartha Semara Putra
NURSING ABILITY DALAM KEPERAWATAN BERBASIS PARIWISATA
Oleh: I Putu Juniartha Semara Putra
Email: semaraputra93@hotmail.com

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Pariwisata adalah industri jasa yang menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal,makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll.
Keperawatan dan kepariwisataan adalah dua bidang yang bisa dibilang bidang yang 1800 berbeda dari segi keilmuan, pelaksanaan maupun etika yang mengaturnya. Namun kedua bidang ini masih saling membutuhkan dalam hal memajukan perkembangan kedua bidang.
Keperawatan dan kepariwisataan adalah dua bidang yang mengalami kemajuan pesat khususnya di Bali. Hal ini dibuktikan dengan makin banyaknya mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi pariwisata dan perguruan tinggi kesehatan (keperawatan) selain itu pembangunan pariwisata dan keperawatanpun meningkat.
Adapun hal yang mendukung kemajuan bidang pariwisata dan bidang kesehatan (keperawatan) adalah dengan gencarnya pihak internasional untuk menjalin kerjasama berupa kesepakatan AFTA (ASEAN Free Trade Area) atau Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN yang akan dimulai pada tahun 2014 mendatang, sehingga peluang kerja dalam bidang kesehatan utamanya profesi perawat semakin meningkat yang juga selaras dengan gencarnya promosi pemerintah terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat tersebut. Karena negara yang hebat adalah negara yang memiliki angka morbilitas dan mortalitas yang rendah disertai dengan tingginya kualitas SDM.
Tidak kalah dengan bidang pariwiata, dengan adanya kesepakatan AFTA, juga memberikan angin segar bagi bidang pariwisata, sebab dengan perjanjian tersebut akan menambah jumlah wiatawan asing yang tentunya membutuhkan pelayanan dari bidang pariwisata. Seperti pelayanan rekreasi, hiburan, dan lain sebagainya yang sangat tergantung dari pihak pariwisata.
Dengan tingginya angka kunjungan wisatawan di bidang pariwisata di Indonesia, khususnya di Bali, maka tidak menutup kemungkinan para wisatawan membawa penyakit baru yang harus ditangani agar tidak menyebabkan terjadinya kejadian luar biasa yang sempat menimpa Indonesia saat gemparnya penyakit SARS dari China beberapa tahun silam.
Dengan adanya peluang para wisatawan untuk masuk ke Indonesia, khususnya di Bali maka tentunya banyak diantara wisatawan tersebut yang termasuk pada golongan yang rentan terhadap penyakit seperti golongan anak, lansia, ibu hamil, dll, yang perlu mendapatkan pelayanan tambahan tidak hanya dari bidang pariwisata saja, namun perlu pelayanan dari bidang kesehatan (keperawatan) agar kunjungannya di Bali tidak terganggu oleh hal-hal buruk terutama dari segi kesehatan.
Menyikapi hal tersebut, pada 5 Juli 2012, Gubernur Bali Made Mangku Pastika secara resmi mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 20 tahun 2012. Pergub ini mendukung lahirnya sebuah lembaga otoritas wisata lanjut usia/pensiunan pariwisata yang lebih dikenal dengan Bali Retirement Tourism Authority (BRTA).
Rancangan Bali Retirement Tourism Authority (BRTA) yang digagas Ketut Sukardika beserta timnya itu seakan memberikan angin segar bagi perkembangan wisata yang khusus menyasar wisatawan lanjut usia di Bali. Mantan Rektor Universitas Udayana (Unud) ini begitu optimis bahwa wisata lanjut usia (lansia), atau retirement tourism, akan berkontribusi banyak bagi masyarakat lokal dan industri pariwisata Bali ke depannya.
Bali Retirement Tourism Authority (BRTA) bertujuan menjamin kenyamanan dan keamanan para wisatawan Usia Lanjut/Pensiunan melalui regulasi hukum yang terpadu dengan kebijakan instansi terkait dengan instansi yang membidangi kepariwisataan, kesehatan, penanaman modal, keimigrasian dan moneter.
Dengan hadirnya rancangan Bali Retirement Tourism Authority (BRTA) juga memberikan angin segar bagi bidang kesehatan (keperawatan) terutama profesi keperawatan karena Bali Retirement Tourism Authority (BRTA)  melaksanakan akreditasi fasilitas yang telah ada meliputi 9 (sembilan) komponen salah satunya komponen kesehatan yang didalamnya terdapat profesi keperawatan.
Selain dengan hadirnya rancangan Bali Retirement Tourism Authority (BRTA), beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 29 November 2012, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan sebuah event internasional yang diberi nama International Health Tourism Conference. Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Kesehatan Ibu Nafsiah Mboi dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ibu Marie Elka Pangestu. Hadir pula dalam konferensi tersebut perwakilan rumah sakit, spa dan asosiasi kesehatan se-Indonesia.
Pada kesempatan itu pula dibentuk tim kerjasama dengan nama Wellness and Healthcare Tourism (IWHT). Tim ini terdiri dari unsur Kemenkes, Kemenkraf, Perwakilan RS, Perewakilan Spa dan Asosiasi Kesehatan seluruh Indonesia.
Menyikapi hal itu, perguruan-perguruan tinggi di bidang kesehatan (keperawatan) terus gencar dengan keperawatan berbasis pariwisata dengan dibuktikan makin maraknya seminar tentang keperawatan berbasis pariwisata, salah satu contoh adalah seminar yang diadakan oleh PSIK UNUD yang baru-baru ini mengadakan seminar keperawatan berbasis pariwisata. Disamping itu pula di perguruan tinggi bidang kesehatan khususnya keperawatan mulai merancang mata kuliah yang inti mata kuliahnya mengarah ke keperawatan berbasis pariwisata.
Walaupun sudah adanya seminar dan mata kuliah yang mengarah ke keperawatan berbasis pariwisata tidaklah cukup untuk profesi keperawatan untuk memasuki dunia keperawatan berbasis pariwisata. Tentunya tenaga kesehatan dalam hal ini perawat haruslah memiliki kemampuan (Ability) yang mampu mengantarkan perawat untuk memasuki dunia keperawatan berbasis pariwisata.
Apa saja kemampuan (Ability) yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh perawat jika ingin memasuki dunia keperawatan yang berbasis pariwisata? Jawabannya sederhana, perawat hanya cukup memiliki kemampuan bahasa, skill (keterampilan), penampilan, sikap/tata nilai, dan rasa tanggung jawab.
Pertama yaitu bahasa, kalau dilihat dari segi bahasa, perawat harus mampu menguasai minimal bahasa Inggris, jika memungkinkan bahasa Jepang pun perlu untuk dikuasai oleh seorang perawat yang ingin memasuki dunia keperawatan berbasis pariwisata. Mengapa begitu?  Dilihat dari segi kunjungan wistawan yang datang ke Indonesia khususnya di Bali adalah kebanyakan wisatawan dari Jepang dan Australia, dimana mereka mengunakan bahasa Jepang dan Bahasa Inggris. Jadi wajarlah kalau perawat harus mampu menguasai bahasa Inggris atau Bahasa Jepang. Apabila salah satu dari 2 bahasa itu tidak dikuasai oleh perawat, sangatlah mustahil jika perawat ingin memasuki dunia keperawatan yang berbasis pariwisata.
Kedua yaitu Skill (Keterampilan). Keterampilan yang dimaksud disini adalah keterampilan keperawatan, keterampilan berkomunikasi, dan yang tidak kalah penting adalah keperawatan bekerjasama. 1).Keterampilan keperawatan yang harus dimiliki perawat yaitu: Perawat haruslah mampu memberikan asuhan keperawatan pada individu/kelompok wisatawan dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks yang masih dalam kaidah keilmuan keperawatan maupun kaidah dalam industri pariwisata. Perawat haruslah mampu memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan oleh wisatawan. Perawat haruslah mampu dan sanggup memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan yang ada di industri pariwisata, contohnya pelayanan kesehatan yang ada di hotel yang ditunjukkan kepada wisatawan. perawat haruslah mampu memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas dan memberikan terapi komplementer yang tentunya masih dalam kaidah ilmu keperawatan. 2).Keterampilan berkomunikasi; Dalam segi keterampilan berkomunikasi perawat haruslah memahami budaya dan tata laksana komunikasi dari wistawan, karena setiap individu dari wisatawan memiliki tatanan komunikasi yang berbeda-beda, tetapi tetap pada pedoman yaitu komunikasi terapeutik. Sebagai contoh wisatawan jepang yang memiliki budaya komunikasi yang sangat sopan, yang setiap memulai pembicaraan didahului dengan hormat dengan menundukkan kepala. Jadi perawat harus mampu memahami bentuk komunikasi dari setiap wisatawan yang dirawat, baik dari tata cara berkomunikasi, memulai komunikasi maupun kebiasaan sebelum dan sesudah bekomunikasi namun tetap dengan kaidah-kaidah. 3).Keterampilan bekerjasama; Selain keterampilan keperawatan, keterampilan berkomunikasi, perawat harus mampu menjalin kerjasama dari pihak industri pariwisata sehingga perawat semakin dipercaya di dalam memasuki keperawatan yang berbasis pariwisata.  Kerja sama bisa dalam hal pelayanan ke wisatawan ataupun ke pihak wisatawan yang membutuhkan pelayanan kesehatan (keperawatan). Salah satu contohnya menjalin kerjasama dalam pelayanan Spa, Terapis yang implementasinya berdasarkan pada ilmu keperawatan seperti pemijatan, maupun terapi komplementer.
Ketiga yaitu penampilan. Penampilan adalah gambaran diri yang berarti penilaian diri seseorang dilihat pertama kali dari gambaran luarnya. Penanpilan juga dapat diartikan sebagai deskripsi tentang karakter diri seseorang, meliputi sikap dan pandangan seseorang dalam menghadapi segala situasi di kehidupannya. Jadi, perawat harus berpenampilan bersih karena penampilan bersih saat melayani pasien akan memberikan kepuasan kepada klien yang kita layani, sebab klien berpikiran bahwa kebersihan merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan (keperawatan). Selain itu perawat harus mempunyai penampilan yang meyakinkan, karena penampilan yang meyakinkan merupakan kepuasan sendiri bagi klien dalam hal ini wisatawan.
Keempat adalah Sikap/tata nilai. Sikap/Tata nilai perawat adalah aturan-aturan yang membatasi peran, perilaku, dan etika seorang perawat. Sebagai perawat yang ingin terjun ke dunia keperawatan berbabasis pariwisata, kita harus menetapkan nilai dan harus mengembangkan kesadaran tentang bagaimana sistem nilai itu sendiri akan mempengaruhi asuhan keperawatan. Pemahaman tentang sikap/tata nilai akan membantu seorang perawat dalam bertindak secara profesional. Pada praktiknya, perawat harus memprioritaskan nilai keperawatan ketika mengambil keputusan dalam pelayanan kesehatan yang pada akhirnya seorang perawat mendapatkan suatu kepercayaan dari klien itu sendiri.
Sikap/tata nilai yang harus dimiliki perawat agar mampu memasuki dunia keperawatan yang berbasis pariwisata adalah: 1).Care. Caring merupakan bentuk dasar dari praktik keperawatan di mana perawat membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang penyakit klien, dan mengelola atau membangun kembali hubungan. Sehingga sikap caring kepada klien ini berpengaruh terhadap kredibilitas sebagai perawat yang ingin terjun di dunia keperawatan berbasis pariwisata. 2).Empaty. Dengan empati akan membantu dalam mempererat hubungan antara perawat dan klien sehingga menjadikan klien merasa diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. 3).Auturisme. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain/klien tanpa memperhatikan/mementingkan diri sendiri.  Seorang perawat harus mementingkan klien terlebih dahulu daripada dirinya sendiri. Inilah yang harus dimiliki seorang perawat demi tercapainya kesejahteraan pasien atau klien maupun keluarga klien yang mendukung asuhan keperawatan dan mendukung perawat dalam menjalankan tugasnya di dalam dunia keperawatan berbasis pariwisata.
Terakhir adalah rasa tanggung jawab. Yang tidak kalah penting dari kemampuan bahasa, keterampilan, dan penampilan adalah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Perawat dalam memberikan pelayanan yang berbasis pariwisata haruslah mau bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan tanpa mengindar dari kesalahan-kesalah yang telah diperbuat.

Jadi, dapat disimpulkan jika perawat ingin memasuki dunia keperawatan berbasis pariwisata haruslah memiliki kemampuan berbahasa seminimal mungkin berbahasa Inggris, keterampilan keperawatan, penampilan, sikap/tatanilai, dan yang tidak kalah penting adalah tanggung jawab. Apakah Anda sebagai calon perawat yang ingin memasuki dunia keperawatan berbasis pariwisata sudah mempunyai kemampuan tersebut? Jawabannya kembali ke pribadi masing-masing. Terima kasih.

No comments: